Analisis Komponen Makna [sayang] dan [cinta]
- Pendahuluan
Adanya kesepakatan melafalkan bunyi yang sama dan memberikan nama terhadap setiap perilaku, benda, dan sebagainya membuat bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Kesepakatan melafalkan bunyi dan memberikan nama tersebut tergantung manusia yang menyepakati dan daerah tempat tinggal manusia tersebut. Oleh karena itu, di dunia ini terdapat berbagai macam bahasa tergantung wilayah manusia tersebut. Di lain pihak, Ehason dan Jenkins (1999) mengungkapkan bahwa bahasa merupakan alat untuk berpikir, berekspresi, dan berhubungan secara sosial. Bahasa digunakan individu untuk mengekspresikan pikiran, ide, dan perasaannya kepada orang lain. Selain itu, bahasa juga dapat digunakan untuk dapat memahami maksud dan keinginan orang lain. Dengan kata lain, bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.
Dalam hal ini, bahasa memiliki fungsi sebagai alat berkomunikasi dalam kehidupan manusia. Baik atau buruknya komunikasi tergantung dari diterima atau tidaknya pesan atau makna yang disampaikan oleh pemberi pesan. Dilihat dari fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa dijadikan sebagai suatu cabang ilmu. Ilmu yang mempelajari mengenai bahasa disebut ilmu linguistik. Ilmu ini pun terbagi atas linguistik murni, seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Ada pula ilmu linguistik terapan, seperti psikolinguistik, antropologi linguistik, neurolinguistik, dan masih banyak lagi. Pada makalah ini, penulis akan memfokuskan bahasan mengenai salah satu ilmu linguistik murni, yaitu semantik. Menurut J.W.M. Verhaar (1981:9) semantik adalah cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti. Chaer (2009:2) juga mengungkapkan bahwa semantik merupakan suatu istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya.
Sebagai salah satu cabang ilmu linguistik, penelitian semantik memiliki cakupan yang luas. Namun, penelitian mengenai semantik leksikal masih belum banyak jumlahnya. Hal tersebut membuat peneliti tertarik menjadikan semantik leksikal sebagai kajian penelitian dalam makalah ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lema-lema bahasa Indonesia yang diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, lema adalah kata atau frasa masukan dalam kamus di luar definisi atau penjelasan lain yang diberikan dalam entri. Lema-lema dalam bahasa Indonesia dikumpulkan menjadi satu dalam suatu kumpulan yang disebut sebagai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). KBBI merupakan kamus resmi yang diterbitkan oleh pemerintah melalui Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Selain itu, penulis juga akan menggunakan berbagai sumber yang memiliki kata sayang dan cinta, seperti novel, koran, dan lain-lain. Hal tersebut akan mempermudah penulis untuk menganalisis data.
Dalam penelitian ini, penulis akan mencari komponen makna sayang dan cinta. Hal tersebut didasarkan pada masih banyak masyarakat, termasuk penulis sendiri yang masih belum mengetahui perbedaan arti sayang dan cinta. Kedua kata tersebut masih sering dianggap sebagai kata yang memiliki persamaan arti. Ketidakjelasan perbedaan makna sayang dan cinta membuat penulis ingin mencari tahu perbedaan makna kedua kata tersebut dengan menggunakan penelitian semantik leksikal. Teknik penelitian yang digunakan dalam makalah ini adalah teknik kepustakaan yang mengambil data dari buku Componential Analysis of Meaning. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan perbedaan kata sayang dan cinta. Dalam kehidupan sehari-hari, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk membantu masyarakat menggali kosakata agar dapat menggunakan kata secara tepat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya (Kirk dan Miller, 1989:9)
II. Komponen Makna Menurut Nida
Setiap lema memiliki komponen makna yang berfungsi untuk membedakan lema yang satu dengan lema yang lain. Komponen-komponen makna tersebut berhubungan satu sama lain. Nida (1975: 32-67) mengelompokan beberapa tipe komponen makna, yaitu sebagai berikut.
- Komponen bersama (common component), komponen makna yang menghubungkan satu kata dengan kata lain dalam satu ranah semantik. Misalnya, ibu, bapak, anak, kakak, dan adik memiliki komponen bersama, yaitu manusia dan kekerabatan.
- Komponen diagnostik (diagnostic component), komponen makna yang digunakan sebagai pembeda dari satu kata dengan kata yang lain.
- Komponen penjelas (supplement component), komponen yang diakibatkan perluasan dari suatu kata atau hadirnya makna konotatif. Komponen yang makna ini terbagi atas dua, yaitu komponen yang berasa dari sifat yang diacu dan komponen yang berasal dari sifat unit leksikal (formal, nonformal, dan lain-lain) yang digunakan untuk menunjuk acuannya.
- Pertama, melakukan seleksi terhadap kata-kata yang diasumsikan memiliki relasi yang dekat. Misalnya, bapak, ibu, anak, bibi, paman, keponakan, dan sepupu memiliki komponen makna bersama manusia yang memiliki hubungan darah atau diikat dengan perkawinan.
- Kedua, mendaftarkan semua jenis acuan spesifik untuk setiap makna. Misalnya, bapak dan ibu dalam hubungan dengan satu ego hanya menunjuk pada satuan acuan. Namun, bibi, paman, keponakan, dan sepupu tidak menunjuk kepada satu acuan, melainkan dapat mengacu pada beberapa acuan.
- Ketiga, menentukan komponen makna yang tepat dalam sebuah kata atau lebih tetapi semua kata dari ranah semantik. Misalnya, ibu, nenek, dan bibi mengacu pada komponen perempuan. Namun, sepupu dan keponakan mengacu kepada komponen pria dan wanita karena kata-kata tersebut tidak secara langsung menjelaskan jenis kelamin dalam komponen maknanya.
- Keempat, menentukan komponen diagnostik yang berlaku untuk setiap makna. Misalnya, ibu memiliki komponen makna perempuan, satu generasi di atas dan keturunan langsung.
- Kelima, melakukan pemeriksaan silang terhadap data yang dihasilkan dari prosedur pertama.
- Keenam, mendeskripsikan secara sistematis fitur diagnostik yang terdapat dalam setiap kata tersebut.
Menurut Arnold (1960), cinta dan sayang yang dinyatakan oleh seseorang kepada orang lain akan menimbulkan perasaan berarti terhadap seseorang dan memungkinkan orang itu dapat mengembangkan dirinya. Cinta dan sayang termasuk dalam jenis emosi positif yang dikeluarkan seseorang kepada orang lain. Dalam hal ini, rasa cinta dan sayang sering diartikan sama oleh masyarakat. Padahal, kedua kata tersebut belum tentu mempunyai makna yang sama. Oleh karena itu, untuk menguji komponen makna kata cinta dan sayang, penulis akan menganalisis sesuai dengan langkah analisis komponen makna tunggal dari Nida.
Sebelum masuk dalam langkah analisis komponen makna, penulis akan memaparkan definisi dari kata cinta dan sayang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai berikut.

Langkah pertama dalam menganalisis makna adalah melakukan seleksi terhadap kata-kata yang diasumsikan memiliki relasi yang dekat dengan kata cinta dan sayang. Proses seleksi kata akan dilakukan berdasarkan definisi dari kedua kata tersebut. Kata yang tidak memiliki relasi yang dekat dengan kata cinta dan sayang tidak akan dianalisis lebih lanjut oleh penulis. Berikut kata-kata yang diasumsikan memiliki relasi yang dekat dengan kata cinta dan sayang.
[sayang] = [kasih] [cinta] [suka] [mengasihi] [mencintai]
[kasih] = [sayang] [cinta] [suka] [rindu]
[cinta]= [suka] [sayang] [kasih] [rindu] [terpikat] [berharap] [khawatir] [risau]
[suka]= [senang] [setuju] [kasih]
[rindu]= [berharap] [ingin]
[senang]= [puas] [lega] [betah] [suka] [sayang]
Berdasarkan kata yang diasumsikan memiliki relasi yang dekat dengan kata sayang dan cinta terdapat beberapa definisi kata yang tidak termasuk dalam relasi dekat tersebut. Kata yang tidak memiliki relasi yang dekat dengan kata sayang dan cinta ditandai dengan kata yang dicoret oleh penulis. Kata tersebut dicoret karena adanya perbedaan kelas kata dari kata yang dicari relasi maknanya oleh penulis. Dalam hal ini, penulis mencari kata yang mempunyai relasi dekat dengan kata sayang dan cinta. Kedua kata tersebut termasuk ke dalam kelas kata ajektiva atau kata sifat. Berbeda dengan hal tersebut, kata mengasihi, mencintai, terpikat, dan berharap merupakan bagian dari kelas kata verba. Hal tersebut menyebabkan keempat kata tersebut tidak dapat diperbandingkan karena adanya perbedaan kelas kata dengan kata sayang dan cinta. Perbedaan kelas kata tersebut akan membuat perbedaan pula dalam hal konteks atau ranah semantiknya.
Selain itu, kata khawatir dan risau juga dicoret walaupun kelas kata kedua kata tersebut termasuk dalam kelas kata ajektiva. Hal tersebut disebabkan posisi kedua komponen makna tersebut yang terlalu jauh dengan kata cinta. Biasanya, komponen makna yang masih memiliki relasi yang dekat dengan kata yang dicari adalah maksimal definisi kata ketiga dari KBBI. Jika semakin banyak definisi yang dijelaskan, maka semakin jauh pula kedekatan komponen makna kata tersebut. Perbedaan ranah tersebut terlihat dari konteks contoh kalimat yang terdapat di KBBI. Kata sayang dan cinta memiliki ranah kata yang mengandung makna positif, sedangkan kata khawatir dan risau lebih merujuk kepada ranah kata yang mengandung makna negatif. Ranah kata yang bertolak belakang tersebut menunjukkan indikasi bahwa kata khawatir dan risau tidak dapat digolongkan memiliki relasi yang dekat dengan kata sayang dan cinta.
Namun, terdapat pula komponen makna dari definisi awal yang dicoret oleh penulis. Misalnya, kata puas, lega, dan betah. Ketiga kata tersebut termasuk ke dalam kelas kata ajektiva atau kata sifat. Meskipun demikian, ketiga kata tersebut tidak mempunyai relasi yang dekat dengan kata cinta dan sayang. Hal tersebut telihat dalam contoh kalimat yang terdapat dalam KBBI. Dalam KBBI, kata puas, lega, dan betah mempunyai perbedaan ranah dengan kata cinta dan sayang. Hal yang membedakan adalah kata puas, lega, dan betah asosiasinya lebih kepada perasaan yang telah terpenuhi hasratnya. Hal tersebut berbeda dengan kata sayang dan cinta yang asosiasinya lebih kepada perasaan yang belum terpenuhi atau belum mendapat timbal balik.
Sebenarnya, di komponen makna kata cinta terdapat kata rindu pada definisi keempat. Penulis masih mencari komponen makna rindu karena rindu termasuk ke dalam kata yang diasumsikan memiliki kedekatan dengan cinta. Hal tersebut ditandai dengan kelas kata dari kata rindu adalah ajektiva dan memiliki konteks ranah yang sesuai dengan kata cinta, yaitu memiliki makna positif. Namun, komponen makna rindu adalah berharap. Komponen makna rindu tersebut sudah mengalami perpindahan kelas kata dari kelas kata ajektiva ke kelas kata verba. Hal tersebut membuat kata berharap dicoret dari daftar kata yang memiliki kedekatan dengan kata cinta. Hal yang sama juga terjadi pada komponen makna ingin. Kata ingin dicoret dari daftar kata yang memiliki kedekatan dengan kata cinta karena termasuk dalam kelas adverbial.
Selanjutnya, kata yang diasumsikan memiliki relasi yang dekat dengan kata cinta dan sayang didaftarkan sesuai jenis acuan spesifik untuk setiap makna. Hal ini dimaksudkan agar terlihat mana kata yang memiliki kecondongan terdekat dengan kata cinta dan sayang dengan melihat komponen makna yang paling mendekati dan berhubungan. Berikut daftar jenis acuan kata sayang dan cinta.

Berdasarkan daftar acuan dari kata cinta dan sayang dapat terlihat bahwa kedua kata tersebut mempunyai jenis acuan yang sama. Hal tersebut disebabkan komponen makna kedua kata tersebut saling berhubungan dan sama satu dengan yang lainnya. Bagaimana tidak, komponen makna kata cinta adalah kasih, suka, dan sayang, sedangkan komponen makna sayang adalah kasih, suka, dan cinta. Kata yang membedakan komponen makna keduanya adalah pada kata cinta dan sayang itu sendiri. Jika pada kata sayang komponen maknanya ada kata cinta, tetapi pada kata cinta komponen maknanya ada kata sayang. Hal tersebut membuat kata yang terdapat dalam komponen makna kasih dan suka akan mengacu kepada kata senang. Begitu pula kata kasih yang memiliki makna sayang, cinta, dan suka serta kata suka yang memiliki komponen kasih dan senang. Semua kata tersebut saling berhubungan dan sama satu dengan yang lain. Oleh karena itu, jenis acuan kata sayang dan cinta tidak memiliki perbedaan atau sama.
Berdasarkan jenis acuan kata sayang dan cinta, maka dapat terlihat bahwa tidak ada perbedaan dari kedua kata tersebut. Padahal, penelitian ini ingin mengungkapkan perbedaan kata sayang dan cinta memakai analisis komponen makna. Namun, hasil yang sama seperti ini membuat penulis tidak akan melihat perbedaan kata cinta dan sayang dengan mengacu kepada KBBI saja. Dengan demikian, penulis akan mengaitkan kata cinta dan sayang dengan contoh penggunaan di masyarakat dalam sebuah kalimat. Data yang diambil dari berbagai sumber untuk mengetahui kecenderungan dan pola pemakaian kata cinta dan sayang di masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan agar penulis dapat melihat perbedaan kata cinta dan sayang. Hal tersebut disebabkan kontruksi kata cinta dan sayang sudah dimiliki masyarakat, tetapi belum ada definisi yang jelas sekalipun di KBBI. Padahal, bisa saja penggunaan kedua kata tersebut di masyarakat berbeda. Misalnya, jika seseorang ingin menyatakan perasaan kepada lawan jenis lebih memilih kata cinta daripada kata suka dan sayang.
Untuk mengetahui secara lebih jelas perbedaan kata sayang dan cinta, penulis perlu melihat pola dan penggunaan kedua kata tersebut di masyarakat. Berikut ini salah satu kutipan penggunaan kata sayang dan cinta.
“Annalise berbalik dan tersenyum, kali ini lebih pasti dari sebelumnya. “Aku sayang kamu, Nat.”
Nata tidak jadi menyelesaikan kalimatnya, terdiam dan mengapa setelah pernyataan simple itu keluar dari mulut Annalise.
“Maaf kalau aku membuat kamu merasa nggak nyaman.” Annalise merenggangkan pegangannya pada gelas di tangannya, yang tanpa teraa sudah menyisakan bekas di kulit. “Kamu nggak usah bilang apa-apa. Aku nggak butuh jawaban, karena aku lebih suka kita berteman seperti biasa. Bisa, kan?” (Refrain: 185)
Berdasarkan kutipan di atas, kata sayang diungkapkan Annalise, seorang perempuan kepada Nata, seorang pria. Kutipan di atas diambil dari novel yang berjudul Refrain yang ditulis oleh Winna Effendi. Pengungkapan kata sayang tersebut ditujukan Annalise sebagai rasa mengungkapkan perasaan kepada teman. Annalise tidak berharap lebih selain berteman. Hal tersebut menunjukkan bahwa perasaan sayang itu tidak membutuhkan jawaban dari lawan bicaranya. Kata sayang juga terlihat dapat membatasi perasaan seseorang sehingga dengan adanya kata sayang, penutur dan mitra tutur tidak mengarah kepada hubungan yang lebih dari teman.
Sama dengan kutipan di atas, kutipan berikut ini juga memperlihatkan kata sayang ditujukan untuk seseorang yang memang telah lama bersama. Kebersamaan tidak diartikan sebagai hubungan yang lebih dari sekadar teman. Kebersamaan itu ada karena waktu yang lama pula. Berikut kutipan yang diambil dari novel Writer versus Editor yang ditulis oleh Ria N. Badaria.
“Dua tahun selalu bersama dengan seseorang jelas menumbuhkan perasaan sayang yang dalam. Perasaan yang membuat kita takut kehilangan.” (Writer versus Editor: 73)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa perasaan sayang muncul ketika seseorang berada bersama seseorang lainnya dalam waktu yang lama. Kebiasaan selalu bersama tersebut memunculkan anggapan takut kehilangan. Rasa takut kehilangan tersebut disebabkan intensitas yang sering membuat jika kebiasaan tersebut tidak ada, maka akan ada seseuatu yang ganjil sehingga menimbulkan rasa takut kehilangan. Namun, rasa takut kehilangan ini tidak diartikan sebagai perasaan sayang yang melebihi perasaan sebagai teman. Hal tersebut disebabkan dalam novel ini kata sayang dan cinta memiliki arti yang beda. Perbedaan arti tersebut terlihat dalam kutipan berikut ini.
“Rengga membelai lembut pipi Nuna, berharap apa yang dilakukan bisa membuat Nuna merasa kuat. Berharap Nuna bisa merasakan ada seseorang yang sayang, atau mungkin mulai mencintainya, dan sekarang amat sangat peduli padanya.” (Writer versus Editor: 176)
Dari kutipan di atas, pengarang novel membedakan tingkatan kata sayang dan kata cinta. Hal tersebut terlihat dari penyebutan kata sayang terlebih dahulu baru kemudian kata cinta yang diawali dengan kata mulai. Kata mulai sebelum kata cinta membuat indikasi bahwa kata sayang dan cinta mempunyai perbedaan. Dengan melihat kutipan di atas dan kutipan halaman 73, penulis beranggapan bahwa kata sayang ditujukan untuk mengungkapkan perasaan kepada teman, sedangkan kata cinta ditujukan untuk mengungkapkan perasaan kepada lawan jenis dan mengharapkan lebih dari sekadar pertemanan.
Masih dalam novel yang sama, yaitu Writer versus Editor, anggapan penulis mengenai kata cinta yang ditujukan kepada lawan jenis dan bukan teman diperkuat dalam kutipan berikut ini.
“Tanpa disadari Arfat, dia baru saja mendengar pernyataan atau ungkapan cinta langsung dari Nuna, Sarangha yo, sering diartikan sebagai “aku cinta kamu” dalam bahasa Korea.” (Writer versus Editor: 132)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Nuna mengungkapkan perasaan kepada lawan jenis dengan menggunakan bahasa Korea. Meskipun pengungkapan dilakukan dalam bahasa Korea, tetapi arti dari ungkapan bahasa Korea tersebut adalah aku cinta kamu. Hal tersebut terlihat bahwa kata cinta dipakai untuk mengungkapkan perasaan laki-laki kepada perempuan dan sebaliknya yang mengharapkan status yang lebih dibandingkan sekadar sebagai teman. Hal tersebut juga terlihat dalam novel Refrain. Novel karya Winna Eefendi tersebut juga menunjukkan bahwa kata cinta digunakan atau dipakai untuk menggambarkan perasaan kepada orang yang spesial dan bukan teman. Biasanya, seseorang yang spesial dan bukan teman disebut dengan istilah pacar. Berikut kutipannya.
“Niki menyebut nama abang Nata, yang akhir-akhir ini sedang dilamun cinta dengan pacarnya.” (Refrain: 2)
Sementara itu, pemakaian kata cinta dan sayang dalam kehidupan sehari-hari penulis dapat dikaitkan atau disejajarkan dengan kata suka. Selain termasuk dalam komponen makna kata cinta dan sayang, kata suka juga dapat mewakili kata cinta dan sayang walaupun pemakaiannya berbeda. Bandingkan ketiga kalimat berikut ini.
Aku sayang kamu, Nat.
Aku cinta kamu, Nat.
Aku suka kamu, Nat.
Ketiga kalimat tersebut memiliki arti yang sama, yaitu mengungkapkan perasaan yang bersifat positif dan ditujukan kepada mitra tutur atau lawan bicaranya. Namun, intensitas pemakaian pengungkapan perasaan kepada lawan jenis dan mengharapkan status lebih dari sekadar teman lebih cenderung memakai “aku cinta kamu, Nat”. Hal tersebut dirasa dapat mewakili perasaan yang dirasakan lawan jenis yang menjadi penutur. Hal tersebut juga membuat kontruksi kata cinta memiliki perbedaan dengan kata sayang dan suka.
Lebih lanjut, penulis beranggapan bahwa kata sayang juga tidak hanya ditujukan kepada teman, tetapi dapat ditujukan kepada orang tua, saudara, dan hewan peliharaan. Hampir sama seperti kata sayang yang ditujukan kepada teman, kata sayang yang ditujukan kepada orang tua, saudara, dan hewan peliharaan juga timbul dari adanya kebiasaan. Selain itu, adanya perlakuan yang tidak biasa dengan intensitas yang terus menerus membuat kata sayang lebih tepat ditujukan. Terlebih lagi, kata sayang tidak mengharapkan timbal balik dari lawan bicara. Hal tersebut dapat terlihat dalam kutipan berikut ini.
“Aku sayang mama dan papa.” (perasaan sayang kepada orang tua)
“Aku sayang banget sama Dora, kucing Persia pemberian orang tuaku.” (perasaan sayang kepada hewan peliharaan)
“Meskipun kami suka beradu pendapat, tetapi aku tetap sayang sama kakak aku.” (perasaan sayang kepada saudara)
Berbeda dengan kata cinta dan sayang, kata suka malah lebih luas cakupan pemakaiannya di masyarakat. Dalam hal ini, pemakaian kata suka bisa ditujukan untuk mengungkapkan perasaan tertarik kepada sebuah barang, makanan, dan benda lainnya. Selain itu, kata suka juga bisa ditujukan untuk menggungkapkan perasaan menyetujui sebuah pendapat dan minat akan sesuatu hal, seperti organisasi atau kegiatan lainnya. Berikut kutipannya.
“Aku suka makan bubur ayam yang di dekat kantor Paman kamu.” (perasaan tertarik kepada makanan)
“Aku suka sama pendapat kamu. Pendapat kamu itu bijaksana.” (perasaan menyetujui pendapat)
“Aku suka banget ikut PMR soalnya kakak-kakaknya baik.” (perasaan minat kepada organisasi)
Berdasarkan perbedaan kata cinta dan sayang, maka penulis dapat membuat hierarki taksonomi. Hierarki taksonomi mengkategorikan komponen-komponen kata ke dalam kategori tertentu. Bentuk hierarki taksonomi yang baik dapat memberikan keteraturan dan keefisiensian dari kumpulan kategori dari tingkat yang berbeda dalam spesifikasi. Hal ini dimaksudkan supaya terlihat bahwa kata sayang dan cinta mempunyai perbedaan dan menunjukkan tingkatan mana yang lebih luas dan lebih sempit. Berikut hierarki taksonomi dari kata cinta dan sayang.

Hierarki taksonomi di atas menunjukkan bahwa tingkatan tertinggi terdapat dalam kata suka. Hal tersebut disebabkan pemakaian kata suka yang dapat mewakili dan menggantikan kata sayang dan cinta walaupun pemakaiannya berbeda. Kemudian pemakaian kata sayang dan cinta dibedakan berdasakan tujuan penggunaan atau pemakaian. Biasanya, kata sayang lebih sering ditujukan kepada orang tua, saudara, dan hewan peliharaan, sedangkan kata cinta lebih sering ditujukan kepada lawan jenis dan berharap lebih dari teman. Tingkatan kata sayang dan cinta juga disamakan dan berada di bawah kata suka. Hal tersebut disebabkan jika pemakaian kata sayang diganti dengan kata cinta dan begitu juga sebaliknya, maka akan menimbulkan perbedaan makna.
IV Penutup
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kata sayang dan kata cinta mempunyai perbedaan makna. Perbedaan kedua kata tersebut tidak dapat dilihat jika menggunakan analisis komponen makna yang berdasar kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) saja. Hal tersebut disebabkan komponen makna dan acuan kata sayang dan cinta dalam KBBI memiliki persamaan. Kata yang membedakan komponen makna keduanya adalah pada kata cinta dan sayang itu sendiri. Jika pada kata sayang komponen maknanya ada kata cinta, tetapi pada kata cinta komponen maknanya ada kata sayang. Padahal, komponen makna kata cinta adalah kasih, suka, dan sayang, sedangkan komponen makna sayang adalah kasih, suka, dan cinta.
Perbedaan kata sayang dan cinta justru dapat dilihat dari tujuan pemakaian kedua kata tersebut di masyarakat. Dengan mengacu kepada dua novel, yaitu Refrain dan Writer versus Editor, penulis menemukan bahwa kata sayang memiliki makna ungkapan perasaan yang ditujukan kepada teman karena adanya hubungan yang dekat dalam waktu yang lama. Selain itu, kata sayang juga tidak mengharapkan jawaban dan timbal balik dari lawan bicaranya. Hal tersebut berbeda dengan makna kata cinta, yaitu ungkapan perasaan yang ditujukan kepada lawan jenis yang mengharapkan timbal balik dan menginginkan status yang lebih dibandingkan sebagai teman. Tidak hanya itu, kata sayang juga dapat ditujukan kepada orang tua, saudara, dan hewan peliharaan. Hal tersebut terlihat dari intensitas pemakaian tertinggi di dalam pengalaman kehidupan penulis.
Terakhir, pemakaian kata sayang dan cinta berada di dalam tingkatan yang sama dalam hierarki taksonomi. Hal tersebut disebabkan kedua kata tersebut tidak dapat dipertukarkan posisinya dan memiliki makna yang berbeda. Hal itu membuat kata sayang dan kata cinta berada di bawah tingkatan kata suka. Tingkatan kata suka tersebut berada di atas kata sayang dan cinta karena pemakaian kata suka bisa disejajarkan dan dipertukarkan dengan kata sayang dan cinta. Meskipun demikian, kata suka tetap memiliki makna yang berbeda jika dalam kalimat yang sama dengan kata sayang dan cinta. Keunggulan kata suka disebabkan kata tersebut lebih luas jangkauan atau cakupan pemakaiannya dibandingkan kata sayang dan cinta.
Daftar pustaka
Chaer, Abdul. 2007. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Harimurti Kridalaksana. 2007. Bahasa dan Linguistik. Dalam Kushartanti, dkk. 2007. Pesona Bahasa: Langkah awal memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Kirk, J., Miller, M. 1986. Reliability and Validity in Qualitative Research. California: Sage Publication.
Nida, Eugene. 1975. Componential Analysis of Meaning. Netherland: The Hague.
Pramanik, Niken. 2005. Medan Makna Ranah Emosi dalam Bahasa Indonesia. (Tesis). Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.